Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Bukan Spasi Bukan Titik Mungkin Koma Atau Tanda Tanya

Pagi ini aku malu keluar kamar bahkan keluar rumah, wajah ku terlihat aneh karena mataku sembab hidungku merah seperti seorang badut yang lupa menghapus make up nya sebelum tidur. Mungkin karena aku kurang tidur sekaligus hasilku menangis semalaman. Pagi ini pun aku juga masih menangis tersedu, mungkin karena aku belum bisa melupakan kejadian kemarin malam yang sungguh diluar dugaan. Pagi ini aku tak sengaja menulis ini yang seharusnya aku menulis satu bulan lagi. Saat hubunganku dengan dia menginjak dua bulan dengan isi tulisan mengenai bagaimana aku selalu dibuat jatuh cinta lagi dan lagi. Dan saat tiga bulan nanti aku ingin menulis lagi untuk bercerita bagaimana romantisnya dia kepada ku. Begitupun bulan bulan selanjutnya. Ah semua itu sudah tak perlu. Ini lah tulisan terakhirku tentang aku dan dia. Kemarin sepulang dari kampus, aku pergi lagi membeli kartu paket internet sekaligus pulsa untuk nomorku yang hari ini sudah memasuki masa tenggang. Aku kehilangan kefokusa...

Tanda Tanya

Dengan simpul sepertiga Terpaksa aku katakan Aku bahagia Kamu sudah terbebas dari pengaruh burukku Teruslah melaju Hingga kakiku kelu untuk mengejarmu Tak perlu berbalik arah Lalu menopangku Lanjutkan capaianmu Sesuai batas waktu deadlinemu Aku berharap kau tak mengingatku Karena ketiadaanku mungkin semakin dekat Sedekat salam rinduku kepadamu Di setiap malam heningku Tak perlu mengingatku Entah karena kebahagiaan atau kesedihan yang pernah kau cipta bersamaku Sekarang, kamu ya kamu Tanpa bayanganku (Kediri, 8 Juni 2018) Tulisan di atas sengaja ditulis satu minggu sebelum lebaran. Dimana  hari itu adalah hari aku harus sadar dan mulai mengikhlaskan kamu yang jelas masih kucinta, bahkan rasa itu masih ada sampai detik aku mengetik kumpulan kalimat tak berguna ini. Satu minggu itu benar- benar kugunakan untuk bercerita tentang hal yang sebenarnya tidak ada manfaatnya. Seperti orang aneh yang tidak ditanya tapi malah bercerita panjang lebar. Ya itulah aku kal...

Pemecah Rindu

Aku menunda memberitahumu  mengenai seseorang yang membuatmu penasaran Kamu menebak  dengan menyebutkan semua nama orang yang  sama- sama  aku dan kamu kenal Tapi semua itu jelas salah,  karena aku meminta bantuan kepada teman kamu yang tak pernah ku kenal sebelumnya dan tak mungkin terfikirkan olehmu Ya, dia yang aku mintai tolong memintakan alamat rumah kamu, kepadamu Penundaan itu memang ku sengaja Aku hanya ingin mengobrol panjang denganmu, itu saja Kala aku langsung memberitahumu, aku dan kamu tak akan mengobrol sepanjang tadi malam Obrolan semalam, rasanya masih hangat, menurutku Tapi tak pernah bisa sehangat dahulu Hingga berakhir kamu geregetan karena aku tak segera bilang iya Dan kamu sudah malas mengobrol denganku Tak apa, terimakasih sudah menemaniku di malam ketiga ramadhan ini .  .  .  Kamu, yang sudah memecah rinduku semalam. Berhati- hatilah dimanapun kamu menapakkan kaki, karena bahaya tak pernah...

Beda Februari

Guratan cahaya senja Memecah siluet lensa kamera Perlahan padam Menjauhi kegelapan malam Sinar rembulan menggantikannya Menyihir semua mata yang melihatnya Hingga meneteskan air yang asin rasanya Iya, sinar rembulan Tetesan air itu adalah air mataku Aku menangis Karena menatap pancaran sinarmu Membuatku menerawang ke Februari sebelumnya Saat kamu masih menggenggam erat tanganku Saat kamu masih berjuang bersamaku Kita sering menghabiskan waktu untuk melihat indahnya langit malam bukan? Memandangi sang rembulan serta gugusan bintang, berdua saja Katamu, aku adalah rembulanmu Sedang kamu adalah sinar rembulanku Lalu lekuk bibir kamu mengembang Kedua pipiku juga ikut mengembang Iya, itu dulu Februarinya sudah berbeda Februari sekarang hanya bersama kenang "Tik" Tetes embun mendarat tepat di dahiku Aku baru sadar, sekarang ini hari sedang pagi Aku sudah terlalu lama bergelut dengan kenangan Saatnya aku bersiap perg...

Berhenti saja dah

Harusnya aku segera tahu diri,  aku ini siapa? Di banding dia yang memiliki kelebihan tak terkira. Aku harusnya tak terus mengemis cintanya. Mungkin saat itu ia hanya sedang berbaik hati saja, tidak benar- benar cinta. Bisa jadi karena kasihan melihat diriku yang banyak kurangnya. Iya,  aku harusnya segera paham. Mana mungkin sosok seperti dia mau suka dengan wanita yang jelek seperti diriku. Hei,  aku harus sadar! Saat hari berakhirnya hubunganku dengan dia, apa dia berusaha memperjuangkan ku? Tidak-kan? Lantas kenapa aku masih memperjuangkan dia lagi. Apa pedulinya dia padaku? Tidak ada kan? Sungguh kasihan diriku ini. Mungkin dengan berakhirnya hubungan itu, malah membuat dia bahagia. Terbebas dari belenggu apalah.. entahlah.... Ya sudah, terima saja apa kata nasib. Tak perlu terus- terusan meratapi dia. Dia yang entah masih peduli atau tidak. Eitss maaf, aku masih berharap. Aku ralat. Dia yang jelas tidak peduli. Haru...

Malam Minggu Yang Tak Mendung Hanya Kelabu

Selamat malam rembulan! Kamu baik- baik saja kan disana? Apakah kamu tahu, kalau aku sedang menangis saat ini. Entahlah~ Hmmm sepertinya setiap hari tak mungkin aku tak menangis. Entah menangisku untuk apa. Rasanya malam ini aku sudah tak kuasa menahannya. Tapi aku harus tetap kuat bukan? Demi siapa lagi, jelas kamu. Aku merasa tak akan ada yg membaca tulisan ini, sama seperti tulisan ocehan ku sebelumnya. So, aku ga merasa takut jika ada yang akan membacanya. Dan aku akan leluasa serta merasa lega jika sudah menyampaikannya. Sekarang saja ya! Singkat banget kok. Aku hanya ingin bilang bahwa "AKU MERINDUKAN KAMU, SAYANG". Singkat banget kan? Kalo yang di bawah ini tambahannya. Hihihi Aku pun merasa cemburu. Cemburu? Fyuuhh aku siapa kamu coba. Tapi itulah kenyataannya. Saat itu salah satu teman perempuanku menyalin chat pribadinya denganmu lalu ia kirim ke grup. Jelas ku baca dengan seksama. Antusiasmu membalasnya terlihat sangat tinggi. Setelah beberap...

Tak Perlu Memaksa

Jujur aku masih berharap kepadamu. Mungkin tidak dengan dirimu. Jika kamu menyarankanku untuk berhenti berharap. Maaf, aku tidak bisa. Aku akan terus berharap kepada kamu yang belum menjadi apa- apa. Namun jika kamu benar- benar menginginkan aku untuk berhenti berharap. Maka segeralah menjadi apa- apa. Tanpa kamu menyuruhku, aku akan berhenti dengan sendirinya. Karena aku lebih takut berharap kepada seseorang yang telah menjadi apa- apa. Iya, aku tak akan berani berharap lagi. Maka,  segeralah menjadi apa- apa yang kiranya bisa menghentikan harapanku itu. Agar kamu tidak risih lagi dengan kehadiranku di dunia ini. Secepatnya!