Guratan cahaya senja
Memecah siluet lensa kamera
Perlahan padam
Menjauhi kegelapan malam
Sinar rembulan menggantikannya
Menyihir semua mata yang melihatnya
Hingga meneteskan air yang asin rasanya
Iya, sinar rembulan
Tetesan air itu adalah air mataku
Aku menangis
Karena menatap pancaran sinarmu
Membuatku menerawang ke Februari sebelumnya
Saat kamu masih menggenggam erat tanganku
Saat kamu masih berjuang bersamaku
Kita sering menghabiskan waktu untuk melihat indahnya langit malam bukan?
Memandangi sang rembulan serta gugusan bintang, berdua saja
Katamu, aku adalah rembulanmu
Sedang kamu adalah sinar rembulanku
Lalu lekuk bibir kamu mengembang
Kedua pipiku juga ikut mengembang
Iya, itu dulu
Februarinya sudah berbeda
Februari sekarang hanya bersama kenang
"Tik"
Tetes embun mendarat tepat di dahiku
Aku baru sadar, sekarang ini hari sedang pagi
Aku sudah terlalu lama bergelut dengan kenangan
Saatnya aku bersiap pergi, sebelum dosen tak menerima absensi
Untuk kamu, kenang
Biar kudekap sendiri saja
Akan kusantap kala pagi menjelang
Bersama secangkir teh melati serta sepotong roti dengan selai srikaya kesukaan
Kediri, 28 Februari 2018
Komentar
Posting Komentar