Langsung ke konten utama

Malam Minggu Yang Tak Mendung Hanya Kelabu

Selamat malam rembulan!
Kamu baik- baik saja kan disana?
Apakah kamu tahu, kalau aku sedang menangis saat ini.
Entahlah~
Hmmm sepertinya setiap hari tak mungkin aku tak menangis.
Entah menangisku untuk apa.

Rasanya malam ini aku sudah tak kuasa menahannya.
Tapi aku harus tetap kuat bukan?
Demi siapa lagi, jelas kamu.

Aku merasa tak akan ada yg membaca tulisan ini, sama seperti tulisan ocehan ku sebelumnya.
So, aku ga merasa takut jika ada yang akan membacanya.
Dan aku akan leluasa serta merasa lega jika sudah menyampaikannya.

Sekarang saja ya!
Singkat banget kok.
Aku hanya ingin bilang bahwa "AKU MERINDUKAN KAMU, SAYANG".

Singkat banget kan? Kalo yang di bawah ini tambahannya. Hihihi


Aku pun merasa cemburu. Cemburu? Fyuuhh aku siapa kamu coba. Tapi itulah kenyataannya. Saat itu salah satu teman perempuanku menyalin chat pribadinya denganmu lalu ia kirim ke grup. Jelas ku baca dengan seksama. Antusiasmu membalasnya terlihat sangat tinggi. Setelah beberapa hari, kubandingkan chat itu dengan chat kamu kepadaku. Ah rasanya aku seperti menangis darah. Sakit! Perbedaan jelas terlihat, chat kamu kepadaku singkat. Rasanya kamu seperti malas untuk melanjutkan perbincangan. Ya, aku mengerti kok. Ku coba mendamaikan hatiku. Kamu mungkin sedang fokus untuk impianmu. Tapi kenapa untuk chat gadis itu kamu menanggapinya se-antusias itu? Ahh negatif thingking tak terelakan lagi. Setiap lihat nama gadis itu, aku selalu berfikir bahwa saat ini kalian sedang chattingan sambil bercandaan tanpa ingat aku sedikitpun, eh! Ini fikiran buruk banget ya. Maaf. Temanku pun ada yang bilang kamu kok jahat banget. Ah padahal akunya yang jahat bukan kamu, harusnya aku tak menceritakan apapun kepada siapapun. Sudah terlanjur. Sudah fiks akunya yang harus sabar. Sebulan sekali ada chat masuk dari kamu pun sudah syukur. Eitts kalo ga, kamu lihat story aku pun sudah cukup banget.

Kurang kerjaan ya akunya? Iyalah pekerjaanku kan hanya mencintaimu. Hehe

Kamu tahu? Menghindari chat laki- laki itu mudah ternyata. Kalo ga penting tinggal diam-in atau read doang tanpa dibalas. Ga usah pake rasa sungkan atau ga enakan. Emang lebih baik gitu, biar tidak ada yang ngaku- ngaku pernah pacaran sama aku lagi kayak kisah yang baru kebongkar akhir tahun 2017 kemarin. Ketawa ngakak kalo aku ingat cerita itu, ada- ada ajalah. Selain itu, memang aku berusaha untuk menjaga. Menjaga agar hati ku tak goyah pada mereka yang sudah kehabisan tiket untuk memasuki pelabuhan hati. Karena hati ini telah dipesan penuh olehmu, seluruhnya.

Mengenai impianmu yang juga menjadi bagian dari impianku. Kekhawatiranku dulu telah ditunjukkan jalan keluarnya. Ya, berakhirnya kisah sebulan lebih sehari tanpa temu itu. Sulit awalnya, bahkan hingga kini masih begitu berat. Tapi itu yang terbaik. Berkurangnya sedikit beban dosa setidaknya bisa membuat doa semakin ringan untuk terbang ke langit sana. Yang semoga Allah memilih impianmu untuk dikabulkan. Aamiin.

Sedikit bulan lagi pertempuran akan dimulai. Kamu mengusahakan apa yang bisa kamu usahakan. Begitupun aku, mengusahakan apa yang bisa aku usahakan. Apa usahaku? Apalagi kalau bukan mendoakanmu (bahasa lainnya tirakat).

Menahan untuk tak menyapamu. Menahan untuk tak mengganggu kefokusanmu.
Menahan untuk tak stalk media sosialmu. Bahkan aku menon-aktifkan privacy terakhir dilihat pada whatsapp agar tak melulu menjadi stalker kamu.

Mencoba fokus pada setiap kegiatanku.
Mencoba fokus dengan ikhtiar untuk impianmu.
Mungkin hanya Ibadah sunah yang bisa ku lakukan, entah puasa, sholat, dzikir, dll. Aku harus kuat. Untuk dirimu, impianmu.

Rasa sayangku untukmu yang menguatkanku. Yang membuatku terus bertahan.


Setelah satu jalan menuju impianmu telah berhasil kamu raih, maka aku akan mulai mengikhlaskanmu. Akan aku percayakan kamu kepada Dzat Illahi Rabbi. Jika waktunya tiba nanti, Dia pasti akan mempertemukan kita lagi. Entah untuk tujuan apa. Tapi aku percaya rencana-Nya jauh lebih indah dari rencana manusia jenius manapun. Karena Dia adalah penulis skenario terbaik di jagad raya ini, hingga membuat banyak manusia terkejut dengan jalan ceritanya.

Aku mencintaimu.


Rasanya aku pernah menulis hal yang hampir sama sesaat setelah aku membaca snapstory whatsapp kamu, di awal januari 2018. Sayangnya di kertas yang tertinggal di kota seberang. Tak apa, toh celotehan ini pun kamu tak akan baca. Kamu tak terlalu kepo dengan diriku. Makanya kamu tak akan tahu tentang sosmed yang aku miliki ini. Sudahlah. Aku sedikit lega, banyak belum leganya. Kapan- kapan aja di tambah leganya kalo aku sudah mau jadi anak ekstrovert. Tapi sayangnya aku tetap anak introvert yang ada tambahan cerewetnya dikit, setidaknya membantulah untuk berbagi apa yang dirasa walau tak seluruhnya. Sudah cukup dah. Ntar bisa- bisa jalan tol kertosono- solo kalah panjang sama tulisan ini. Closed.



Kamu.
Tetap jadikan Allah sebagai titik puncak rasa cinta kamu ya, aku pun juga demikian. Maka insya Allah, Allah juga yang nantinya mempertemukan dua titik tersebut.

Selamat beristirahat rembulan :)

Komentar