Jangan terlalu cepat menyimpulkan bahwa rasa itu telah tiada. Karena rasa itu sesungguhnya masih bersemedi kuat dalam hatimu. Ia diam. Ia benar- benar serius dalam semedinya. Tak ingin mengganggu kefokusanmu. Jika ada rasa yg lebih indah datang, maka berhati- hatilah. Itu menjadi ujianmu. Ujian seberapa setia kamu dengan rasa sebelumnya. Juga mengukur seberapa konsistennya kamu dengan ucapanmu. Sekali- kali jangan kau alihkan rasa itu untuk rasa yang baru datang, jangan! Sekali saja kau terlena dengan rasa yg baru datang itu, kamu akan kehilangan rasa yg setia tetap bersemedi dalam hatimu. Bisa jadi kamu tak akan menemukan rasa itu lagi untuk selamanya. Dia akan menghilang jauh dari peradaban. Karena kamu tega mengkhianatinya. Padahal dia juga mati- matian mempertahankan rasa itu dalam hatinya yang mana banyak rasa yang datang lebih indah dari rasa yang pernah kau berikan. Tapi dia tetap bersikukuh percaya dengan kesetiaanmu. Setelah itu, akankah dia bisa mempercayaka...
Semua tulisan disini sengaja di buat untuk tabungan tawa dan senyum di masa depan, istilahnya sebagai celengan pribadi kedua setelah celengan ayam di kamar. Baca saja dan selamilah diam- diam. Carilah letak penokohan yang tepat, entah sebagai aku, kamu atau dia. Dengan begitu akan lebih mudah memahaminya. Dan terimakasih jika sudah menyempatkan membaca, semoga ada kesempatan untuk saling menyapa di dunia nyata.