Langsung ke konten utama

Sekelumit Kisah Semester 1 #1


Minggu Di Desaku

Pagi ini aku menikmati suasana di desaku yang berada di kaki gunung. Menjauh dari gemelut dunia kampus yang penuh dengan hiruk pikuk tugas. Pulang dengan tenang tanpa beban tugas untuk hari senin esok.

Sekarang, aku pergi berkeliling desa. Menikmati fajar serta senyum tetangga. Kebetulan rumahku dekat dengan masjid, aku tersenyum melihat kakek- kakek, bapak- bapak, anak- anak muda serta adik- adik kecil berbaur di dalam masjid sembari mendengarkan ceramah dari seorang ustad.

Ku sapa seorang ibu yang sedang menyapu halaman rumahnya. Ibu itu tersenyum bahagia karena bisa melihatku lagi setelah beberapa bulan merantau. "Kok tambah cantik ya?" Kata ibu itu. Aku tersipu malu karenanya. Akupun berpamitan dan bergegas melanjutkan perjalananku. Terlihat sekolah dan kantor tutup, hari ini memanglah hari minggu yang berarti hari libur untuk beberapa orang, termasuk aku. Namun tidak untuk beberapa orang seperti pak tani contohnya.

Seorang petani terlihat sedang memanen jagung di ladang bersama isterinya. Ada juga yang manaiki sepeda melewati jembatan dan mengangkut beberapa helai benih padi yang siap untuk ditanam.  Bebek di dekat jembatan tak menghiraukan, tetap saja berenang sambil bermain dengan anak- anaknya. Mungkin karena hari minggu, anak- anak bebek sedang libur dari sekolah.

Matahari hampir terlihat sempurna, aku berlari kecil mencari tempat yang tepat. Diteriakilah oleh ibu- ibu yang sedang menanam padi. "Dik, kenapa lari- lari?"  Teriak ibu itu. "Aku mau melihat matahari terbit bu" sambil ngos- ngosan."oh, mau di foto terus di unggah di sosmed ya" kata ibu yang bikin aku syok. " iya bu, udah dulu ya" aku iyain aja, padal mah ga bawa kamera.

Benar- benar indah jagad raya ini, aku sampai tak berkedip melihat keindahan sang surya pagi ini. Namun tiba- tiba aku mendengar suara sapi yang sedang membantu pak tani membajak sawah. Dan aku langsung teringat titipan ibu untuk dibeli di pasar tradisional. Karena takut kehabisan aku balik arah dan berjalan menuju pasar. Menyusuri jalan setapak yang sedikit becek. Memberi senyum kecil seorang ibu yang sedang mencangkul. Tak sengaja melihat kakak sepupu sedang memancing di sungai. Namun yang menjadi pusat perhatianku adalah seorang bapak yang sedang memandikan sapi di sungai dan ditemani oleh seorang anaknya sembari bermain dengan anak sapi itu. Dan anehnya ada seorang ibu yang sedang mencuci pakaian di sungai dekat sapi itu di mandikan. Semoga bajunya baik baik saja. 

Satu butir kelapa menggelinding didepanku, aku menengok ke atas pohon dan melihat seorang anak sedang berusaha memetik kelapa. "Dik, petik yang banyak ya! Aku minta" teriakku keras. "Yang di bawah ambil saja mbak" jawabnya. "Oke terimakasih". Akupun mengambilnya dan berjalan menuju pasar. 

Di pasar ramai sekali. Aku melihat keramahan semua orang. Tawar menawar dilakukan dengan damai tak ada ketegangan yang terlihat. Aku menuju tempat penjual kerupuk bakar kesukaanku. Membeli satu kilogram dan juga beberapa buah yang dipesan ibu. Aku pulang benar- benar kelelahan karena barang yang kubawa sungguh berat. Tapi tak apa, hari ini aku dan keluarga besarku akan berpesta "rujak buah" dan "kerupuk pecel". Keluarga dan desa ini adalah tempat pulang yang menyenangkan.


*****

Cerita diatas adalah tugas untuk mendeskripsikan gambar kedalam bahasa inggris lalu dipresentasikan. Seperti biasa, sistem kebut semalam menjadi andalan. Setengah jam pun juga jadi kok hehee. Maklum harus kebut belajar buat uts Landasan Pendidikan juga yang materinya super banyak.

Sedikit cerita nih, uts LP hari ini sedikit berbeda karena dosen tidak hadir untuk mengawasi mahasiswa mengerjakan. Ujian di mulai pukul 10.20 WIB dan harus selesai maksimal pukul 12.00 WIB. Jika mengumpulkan lebih dari satu jam, satu kelas mendapatkan nilai nol. Tahu gimana paniknya aku? Wah ga karuan dah. Bukan cuma aku sih, anak- anak lain juga.

Soal UTS di kirim ke grup, cuma 4 butir soal doang sih tapi jawabannya bikin kepala muter. Perbedaan persepsi antara aku dan beberapa teman mengenai maksud dan jawaban pertanyaan telah menghabiskan banyak waktu belum lagi harus menulis rangkaian kata yang jumlahnya tak terhitung, bolpoin tiba- tiba matilah, terusir dari perpustakaan karena jam sudah mendekati waktu sholat dzuhur padahal baru ngerjakan soal no 1 saja, sudah jam 12 siang baru mau mulai soal no 3. Wuhhhh panikkk paraaahhhh! Akhirnya jawab pake jawaban paling singkat. Jam setengah satu dikumpulin di Ruangan Bapak Dosen, lantai 2, lari- larian, ngos- ngosan parah. Turun langsung cari  makanan paling cepat dan yang sedikit mengenyangkan, pentol (baso), cari pedagang yang paling sepi biar ga ngantri tak peduli rasa yang penting perut terisi. Ke masjid, dimakan disana sembari mengantri sholat dzuhur.

Ah waktu tak mau bekerja sama dengan kami, setidaknya berhenti selama 30 menit saja akan bisa membantu. Perut masih terasa lapar karena pagi belum sarapan, padahal rencana siang mau makan nasi padang tapi ternyata gagal. Jam satu kurang lima menit, bergegaslah menuju kampus 2, lantai 2, ruang K301. Masih ada kelas Teori Bilangan, yang biasanya tentang pembuktian- pembuktian yang berisi angka dan huruf yang ternyata bisa dipadukan.

Alhamdulillah semua masih bisa dikendalikan, mulai dari perut hingga mata perih karena ingin terpejam sebentar. Fikiran tak ingin tertinggal materi teori bilangan. Yang lumayan sulit jika harus dipahami sendirian. Terimakasih hari selasa, sampai ketemu di selasa depan.


Kediri, 17 Oktober 2017

Komentar