Minggu Di Desaku Pagi ini aku menikmati suasana di desaku yang berada di kaki gunung. Menjauh dari gemelut dunia kampus yang penuh dengan hiruk pikuk tugas. Pulang dengan tenang tanpa beban tugas untuk hari senin esok. Sekarang, aku pergi berkeliling desa. Menikmati fajar serta senyum tetangga. Kebetulan rumahku dekat dengan masjid, aku tersenyum melihat kakek- kakek, bapak- bapak, anak- anak muda serta adik- adik kecil berbaur di dalam masjid sembari mendengarkan ceramah dari seorang ustad. Ku sapa seorang ibu yang sedang menyapu halaman rumahnya. Ibu itu tersenyum bahagia karena bisa melihatku lagi setelah beberapa bulan merantau. "Kok tambah cantik ya?" Kata ibu itu. Aku tersipu malu karenanya. Akupun berpamitan dan bergegas melanjutkan perjalananku. Terlihat sekolah dan kantor tutup, hari ini memanglah hari minggu yang berarti hari libur untuk beberapa orang, termasuk aku. Namun tidak untuk beberapa orang seperti pak tani contohnya. Seorang petani ter...
Semua tulisan disini sengaja di buat untuk tabungan tawa dan senyum di masa depan, istilahnya sebagai celengan pribadi kedua setelah celengan ayam di kamar. Baca saja dan selamilah diam- diam. Carilah letak penokohan yang tepat, entah sebagai aku, kamu atau dia. Dengan begitu akan lebih mudah memahaminya. Dan terimakasih jika sudah menyempatkan membaca, semoga ada kesempatan untuk saling menyapa di dunia nyata.